Menjadi seorang sarjana yang “hanya” duduk berdiam di rumah yang nyaman ditemani celoteh ramai anak-anak adalah impian yang setengah terkabul. Megapa setengah? karena mimpi asli saya dahulu adalah bekerja dari rumah sesuai latar belakang pendidikan yang saya miliki. Saat ini, bekerja dari rumah sudah saya lakoni, hanya saja tidak seideal yang saya dambakan. Terlebih apa yang didambakan orang tua. Hehe…
Saya terlahir di keluarga besar yang hampir seluruhnya menjadi “seseorang”. Mereka ada yang menjadi peneliti, dokter, psikolog, dosen dan karyawan tinggi BUMN terkemuka. Kami sama-sama lulusan universitas “ternama”. Namun hanya saya saja yang masih berjuang menjadi “sesuatu”. Syukurlah, suami saya tercinta selalu memberi kekuatan saat ada pertanyaan memojokkan, “apa yang kamu lakukan di rumah?” atau “darimana penghasilan kamu saat ini?”. Hampir semua orang sukses yang menanyakan hal itu langsung mengernyitkan dahi saat saya jawab, “saya berbisnis online (Online Shop) dan menjadi seorang penulis lepas.” Maka mengkerutlah saya dengan sukses di pojokan dengan tatapan menghakimi mereka, “buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya ijazahnya tidak digunakan!”
Lalu ada sesosok tangan terjulur menenangkan. Ya, bukankah apa yang saya lakukan ini juga atas dasar keinginan saya untuk selalu mendampingi perkembangan anak-anak? Bukankah suami saya juga mendukung sepenuhnya dan mencukupi segala kebutuhan kami selama ini? Dia yang tak pernah menuntut saya menjadi seorang wanita yang cemerlang di luar sana. Dia mungkin mengetahui bahwa saya begitu buruk untuk membagi waktu. Jadi saya lepaskan angan-angan saya untuk menjadi sosok cemerlang untuk mereka yang di luar sana. Saya memutuskan untuk mencukupkan diri dan mencoba meraih mimpi saya dengan jalan lain. Untuk bersyukur, bahwa saya masih punya waktu bercengkrama dengan keluarga tanpa dipusingkan oleh kebutuhan ekonomi.
Ah orang mungkin susah ya merasakan apa dan bagaimana orang lain ingin bahagia dgn pilihannya.
SukaSuka
Hmm… Begitulah. Baik buruk selalu jadi bahan pembicaraan ya. Keep positive aja ya, mba. Makasih sudah mampir.
SukaSuka
dilema IRT sarjana ya mbak. etapi semoga 30 tahun ke depan negara kita bisa kuat dan maju karena warganya tumbuh dari tangan ibu-ibu yang berpendidikan tinggi. aaamiiin.
SukaSuka
Aamiin.. Betul itu mba, tantangan besar terutama menghadapi lingkungan yang masih memandang sebelah mata.
SukaSuka
setuju Mba, mengikuti perkembangan anak-anak merupakan ibadah yang nilai pahalanya sangat tinggi. Uhuuk, aku kapan?
SukaSuka
Betul banget, mba astin.. Semoga segera ya! ^^
SukaSuka